script src='http://elmubarok.googlecode.com/files/floating1.js' type='text/javascript'/>

http://ikkibondenkkesmas.blogspot.com/2010/03/about-me.html

Kata Rasullullah ada tiga amalan yang jika dikerjakan maka Amalnya akan mengalir meskipun yang mengamalkannya telah meninggalal dunia diantaranya adalah ILMU BERMANFAAT YANG DIAJARKAN.

Monday 2 February 2009

INFEKSI PADA ALAT KELAMIN DISEBABKAN KLAMIDIA

Postingan kali ini bersumber dari E-Book dengan Judul Manual Pemberantasan Penyakit Menular, by James Chin, MD, MPH Editor dan Dr, I Nyoman Kandun, MPH Edisi Ke 17 tahun 2000

INFEKSI PADA ALAT KELAMIN DISEBABKAN KLAMIDIA
ICD-9 099.9; ICD-10 A56
1. Identifikasi
Infeksi melalui hubungan seksual, pada pria muncul sebagai uretritis; dan pada wanita sebagai servisitis mukopurulen. Manifestasi klinis dari uretritis kadang sulit dibedakan dengan gonorrhea dan termasuk adanya discharge mukopurulen dalam jumlah sedikit atau sedang, gatal pada uretra dan rasa panas ketika buang air kecil. Infeksi tanpa gejala bisa ditemukan pada 1 – 25 % pria dengan aktivitas seksual aktif. Komplikasi dan gejala sisa mungkin terjadi dari infeksi uretra pada pria berupa epididimitis, infertilitas dan sindroma Reiter. Pada pria homoseksual, hubungan seks anorektal bisa menyebabkan proktitis klamidia.
Pada wanita, manifestasi klinis mungkin sama dengan gonorrhea, dan seringkali muncul sebagai discharge endoservik mukopurulen, disertai dengan pembengkakan, eritema dan mudah mengakibatkan perdarahan endoservik disebabkan oleh peradangan dari epitel kolumnair endoservik. Namun, 70 % dari wanita dengan aktivitas seksual aktif yang menderita klamidia, biasanya tidak menunjukkan gejala. Komplikasi dan gejala sisa berupa salpingitis dengan risiko infertilitas, kehamilan diluar kandungan atau nyeri pelvis kronis. Infeksi kronis tanpa gejala dari endometrium dan saluran tuba bisa memberikan hasil yang sama. Manifestasi klinis lain namun jarang terjadi seperti bartolinitis, sindroma uretral dengan disuria dan pyuria, perihepatitis (sindroma Fitz-Hugh-Curtis) dan proktitis. Infeksi yang terjadi selama kehamilan bisa mengakibatkan ketuban pecah dini dan menyebabkan terjadinya kelahiran prematur, serta dapat menyebabkan konjungtivitis dan radang paru pada bayi baru lahir. Infeksi klamidia endoserviks meningkatkan risiko terkena infeksi HIV.
Infeksi klamidia bisa terjadi bersamaan dengan gonorrhea, dan tetap bertahan walaupun gonorrhea telah sembuh. Oleh karena servisitis yang disebabkan oleh gonokokus dan klamidia sulit dibedakan secara klinis maka pengobatan untuk kedua mikroorganisme ini dilakukan pada saat diagnosa pasti telah dilakukan. Namun pengobatan terhadap gonorrhea tidak selalu dilakukan jika diagnosa penyakit disebabkan C. trachomatis.
Diagnosa uretritis non gonokokus (UNG) atau diagnosa servisitis non gonokokus ditegakkan biasanya didasarkan pada kegagalan menemukan Neisseria gonorrhoeae melalui sediaan apus dan kultur. Klamidia sebagai penyebab dipastikan dengan pemeriksaan preparat apus yang diambil dari uretra atau endoserviks atau dengan tes IF langsung dengan antibodi monoklonal, EIA, Probe DNA, tes amplifikasi asam nukleus (Nucleic Acid Amplification Test, NAAT), atau dengan kultur sel. NAAT bisa dilakukan dengan menggunakan spesimen urin. Organisme intraseluler sulit sekali dihilangkan dari discharge. Untuk penyakit lain, lihat uretritis non gonokokus dibawah.
2. Penyebab penyakit.
Chlamydia trachomatis, imunotipe D sampai dengan K, ditemukan pada 35 – 50 % dari kasus uretritis non gonokokus di AS. 100
3. Distribusi penyakit.
Tersebar diseluruh dunia, di AS, Kanada, Australia dan Eropa, penyakit ini meningkat terus selama 2 dekade terakhir.
4. Reservoir : manusia
5. Cara penularan : hubungan seks.
6. Masa inkubasi : Tidak jelas, mungkin 7 – 14 hari atau lebih panjang.
7. Masa penularan : Tidak diketahui. Relaps bisa terjadi.
8. Kerentanan dan kekebalan.
Semua usia rentan terhadap penyakit ini. Tidak ditemukan kekebalan setelah infeksi, imunitas seluler bersifat imunotipe spesifik.
9. Cara-cara pemberantasan.
A. Cara pencegahan.
1). Penyuluhan kesehatan dan pendidikan seks : sama seperti sifilis (lihat Sifilis, 9A) dengan penekanan pada penggunaan kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan wanita bukan pasangannya.
2). Pemeriksaan pada remaja putri yang aktif secara seksual harus dilakukan secara rutin. Pemeriksaan perlu juga dilakukan terhadap wanita dewasa usia dibawah 25 tahun, terhadap mereka yang mempunyai pasangan baru atau terhadap mereka yang mempunyai beberapa pasangan seksual dan atau yang tidak konsisten menggunakan alat kontrasepsi. Tes terbaru untuk infeksi trachomatis dapat digunakan untuk memeriksa remaja dan pria dewasa muda dengan spesimen urin.
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1). Laporan pada instansi kesehatan setempat; laporan kasus wajib dilakukan dibanyak negara bagian di AS, Kelas 2B (lihat Tentang pelaporan penyakit menular).
2) Isolasi : tindakan kewaspadaan universal, bisa diterapkan untuk pasien rumah sakit. Pemberian terapi antibiotika yang tepat menjamin discharge tidak infektif; penderita sebaiknya menghindari hubungan seksual hingga kasus indeks, penderita atau pasangannya telah selesai diberi pengobatan yang lengkap.
3). Disinfeksi serentak :
Pembuangan benda-benda yang terkontaminasi dengan discharge uretra dan vagina, harus ditangani dengan seksama.
4). Karantina : tidak dilakukan.
5). Imunisasi kontak : tidak dilakukan.
6). Investigasi kontak dan sumber infeksi.
Pengobatan profilaktik diberikan terhadap pasangan seks lain dari penderita, dan pengobatan yang sama diberikan kepada pasangan tetap. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi dan belum mendapat pengobatan sistemik, foto thorax perlu diambil pada usia 3 minggu dan diulang lagi sesudah 12 – 18 minggu untuk mengetahui adanya pneumonia klamidia sub klinis.
7). Pengobatan spesifik :
Doksisiklin (PO), 100 mg 2 kali sehari selama 7 hari atau tetrasiklin (PO), 500 mg, 4 x/hari selama 7 hari. Eritromisin adalah obat alternatif dan obat pilihan bagi bayi baru lahir dan untuk wanita hamil atau yang diduga hamil. Azitromisin (PO) 1 g dosis tunggal sehari juga efektif.
C. Penanggulangan Wabah : tidak ada.
D. Implikasi bencana : tidak ada.
E. Tindakan internasional : tidak ada. 

No comments:

Post a Comment