Postingan kali ini bersumber dari E-Book dengan Judul Manual Pemberantasan Penyakit Menular, by James Chin, MD, MPH Editor dan Dr, I Nyoman Kandun, MPH Edisi Ke 17 tahun 2000
PENYAKIT PERNAFASAN, VIRUS AKUT (TIDAK TERMASUK INFLUENZA) (Rhinitis virus akut, Faringitis, Laringitis)
Beberapa jenis penyakit saluran pernafasan akut yang diketahui dan diasumsikan disebabkan oleh virus, dikelompokkan dalam kelompok ini. Berdasarkan gejala klinis dan klasifikasi taksonomi menurut CIOMS, maka infeksi pada saluran pernafasan bagian atas (di atas epiglottis), dapat dikategorikan sebagai rinitis virus akut atau faringitis virus akut (commond cold, infeksi saluran pernafasan atas) sedangkan infeksi yang mengenai saluran pernafasan bagian bawah (dibawah epiglottis) disebut sebagai croup (laringotrakeitis), trakeobronkitis virus akut, bronchitis, bronkiolitis atau pneumonia virus akut. Sindroma saluran pernafasan dapat disebabkan oleh berbagai macam jenis virus yang masing-masing dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan akut dengan spektrum luas dimana etiologi penyakit pada anak-anak dan orang dewasa berbeda. Penyakit yang etiologinya diketahui, mempunyai karakteristik epidemiologis yang sama, seperti reservoir dan cara penularan. Sebagian besar virus-virus ini menginvasi seluruh bagian saluran pernafasan, sedangkan yang lainnya mempunyai predileksi menyerang bagian tubuh tertentu. Beberapa jenis infeksi virus dapat menjadi faktor predisposisi bagi terjadinya komplikasi infeksi bakteri. Morbiditas dan mortalitas penyakit saluran pernafasan akut sangat tinggi pada kelompok anak-anak. Sedangkan pada orang dewasa, insidensi penyakit ini relatif tinggi dan menyebabkan absenteisme dengan konsekuensi kerugian di bidang ekonomi, sehingga penyakit saluran pernafasan akut merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia. Sebagai salah satu kelompok penyakit, penyakit saluran pernafasan akut merupakan salah satu penyebab kematian utama dari penyakit-penyakit infeksi. Beberapa jenis infeksi lain saluran pernafasan dimasukkan kedalam satu entitas penyakit yang jelas dan akan diuraikan dalam bab terpisah. Oleh karena manifestasi klinis dan epidemiologi penyakit tersebut sangat berbeda dan selalu ada hubungan dengan infeksi tunggal, misalnya influenza, psittacosis, sindroma hantavirus paru, pneumonia klamidia, faringitis vesikuler (herpangina) dan mialgia epidemika (pleurodinia). Khusus pada anak-anak, influenza dimasukkan kedalam golongan penyakit saluran pernafasan akut. Gejala-gejala yang muncul pada infeksi saluran pernafasan atas, terutama faringotonsilitis, dapat juga disebabkan oleh bakteri, dimana streptokokus grup A adalah penyebab yang paling umum. Infeksi harus dibedakan dengan infeksi bakteri atau mikroba lain. Oleh karena itu untuk infeksi bukan oleh virus telah tersedia obat antimikroba spesifik. Contohnya, walaupun faringotonsilitis oleh virus sangat sering terjadi namun infeksi streptokokus grup A sebaiknya dikesampingkan terlebih dahulu dengan melakukan tes antigen streptokokus cepat dan kultur, terutama pada anak-anak di atas usia 2 tahun. Disamping itu, pada saat terjadi KLB non streptokokus perlu dilakukan upaya untuk mengidentifikasi penyebab penyakit secara klinis dan dengan pemeriksaan laboratorium yang tepat dengan sample representatif untuk menyisihkan kemungkinan penyakit lain (misalnya mikoplasma pneumonia, pneumonia yang disebabkan oleh klamidia, legionellosis dan demam Q yang apabila diberi pengobatan spesifik, cukup efektif). 443 I. RHINITIS VIRUS AKUT – THE COMMOND COLD ICD-9 460; ICD-10 J00 (Rhinitis, Coryza [acute]) 1. Identifikasi Adalah penyakit infeksi catarrhal dari saluran pernafasan bagian atas yang mempunyai ciri-ciri coryza, bersin, lakrimasi, iritasi nasofaring, menggigil dan malaise yang berlangsung selama 2-7 hari. Demam jarang terjadi pada anak-anak usia lebih dari 3 tahun dan juga jarang pada orang dewasa. Tidak ada kematian yang dilaporkan, tetapi tingkat absenteisme yang tinggi di tempat kerja atau sekolah menjadi sangat penting karena mempengaruhi hasil dan produktivitas kerja serta absensi di sekolah; penyakit ini bisa disertai dengan laringitis, trakeitis atau bronkitis dan bisa terjadi komplikasi yang serius serta sinusitis dan otitis media. Jumlah sel darah putih biasanya normal dan flora bakteri pada saluran pernafasan biasanya dalam batas normal jika tidak terjadi komplikasi. Dalam suatu penelitian dan dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan kultur sel atau kultur organ dari sekret hidung ditemukan virus pada 20-35% kasus. Dengan melihat gambaran epidemiologis dan gambaran klinis serta manifestasi lain yang khas dari commond cold akan mempermudah untuk membedakan penyakit ini dengan penyakit yang mirip yang disebabkan oleh racun, alergi, rangsangan fisik atau psikologis. 2. Penyebab Infeksi Rhinovirus, dikenal ada lebih dari 100 serotipe, adalah penyebab commond cold pada orang dewasa; sekitar 20-40% kasus commond cold disebabkan virus ini, terutama pada musim gugur. Sedangkan Coronavirus, seperti 229E, OC43 dan B814 merupakan penyebab sekitar 10-15% dari commond cold dan influenza sebagai penyebab sekitar 10- 15% dari commond cold pada orang dewasa; virus ini menonjol pada musim dingin dan awal musim semi, pada saat prevalensi rhinovirus rendah. Virus saluran pernafasan lain juga diketahui dapat menyebabkan commond cold pada orang dewasa. Pada bayi dan anak-anak, virus parainfluenza, Respiratory syncytial viruses (RSV), influenza, adenovirus, enterovirus tertentu dan coronavirus menyebabkan penyakit seperti commond cold. Hampir setengah dari commond cold belum diketahui etiologinya. 3. Distribusi Penyakit Tersebar di seluruh dunia, baik bersifat endemis maupun muncul sebagai KLB. Di daerah beriklim sedang, insidensi penyakit ini meningkat di musim gugur, musim dingin dan musim semi; di daerah tropis, insidensi penyakit tinggi pada musim hujan. Sebagian besar orang, kecuali mereka yang tinggal di daerah dengan jumlah penduduk sedikit dan terisolasi, bisa terserang satu hingga 6 kali setiap tahunnya. Insidensi penyakit tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dan akan menurun secara bertahap sesuai dengan bertambahnya umur. 4. Reservoir: - Manusia. 5. Cara Penularan Diduga melalui kontak langsung atau melalui droplet; yang lebih penting lagi; penularan tidak langsung dapat terjadi melalui tangan dan barang-barang yang baru saja terkontaminasi oleh kotoran hidung dan mulut dari orang yang terinfeksi. 444 Rhinovirus, RSV dan kemungkinan virus-virus lainnya ditularkan melalui tangan yang terkontaminasi dan membawa virus ini ke membran mukosa mata dan hidung. 6. Masa Inkubasi: Antara 12 jam sampai dengan 5 hari, biasanya rata-rata 48 jam bervariasi sesuai dengan penyebab penyakit. 7. Masa Penularan: Sukarelawan yang dipajan dengan sekret hidung penderita, 24 jam sebelum onset dan 5 hari sesudah onset akan menderita sakit. 8. Kerentanan dan Kekebalan Setiap orang rentan terhadap penyakit ini. Infeksi tanpa gejala dan infeksi yang abortive sering terjadi, frekuensi orang sehat yang menjadi carrier tidak diketahui dengan jelas tetapi jarang ada carrier untuk jenis virus tertentu, misalnya seperti rhinovirus. Berulangnya serangan penyakit kemungkinan besar karena berkembang biak dan meningkatnya jumlah virus, namun bisa juga karena imunitas homolog yang terbentuk terhadap serotipe yang berbeda dari virus yang sama bertahan dalam waktu yang pendek atau karena sebab lain. 9. Cara-cara Pemberantasan A. Tindakan pencegahan 1) Lakukan penyuluhan/beri informasi kepada masyarakat mengenai upaya kebersihan perorangan seperti sering mencuci tangan, menutup mulut ketika batuk dan bersin, dan pembuangan discharge dari mulut dan hidung dengan cara yang saniter. 2) Bila memungkinkan, Hindari jangan sampai berjejal di ruang keluarga, tempat tidur, di tempat-tempat seperti barak dan kabin kapal. Sediakan ventilasi yang cukup. 3) Vaksin adenovirus oral terbukti efektif terhadap infeksi adenovirus 4, 7 dan 21 yang menyerang personil militer, tetapi tidak dianjurkan pemberiannya untuk masyarakat sipil karena rendahnya insidensi dari infeksi virus yang spesifik. 4) Hindari merokok di rumah, dimana ada banyak anak-anak. Karena risiko terkena pneumonia akan meningkat bila mereka menjadi perokok pasif. B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar 1) Laporan kepada petugas kesehatan setempat, laporan resmi tidak diperlukan, Kelas 5 (lihat tentang laporan penyakit menular). 2) , 3), 4), 5), 6), dan 7), Isolasi, Disinfeksi serentak, Karantina, Imunisasi kontak, Investigasi kontak dan sumber infeksi, Pengobatan khusus: Lihat bagian II, 9B2 sampai 9B7 di bawah. C, D dan E: Upaya penanggulangan wabah, Implikasi bencana dan Tindakan Internasional: Lihat bagian II, 9C, 9D dan 9E di bawah. 445 II. PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN AKUT DENGAN DEMAM (ACUTE FEBRILE RESPIRATORY DISEASE) ICD-9 461-466; 480; ICD-10 J01-J06; J12 (Tidak termasuk Faringitis Streptokokus, q.v. J02.0) 1. Identifikasi Penyakit yang disebabkan oleh virus pada saluran pernafasan ditandai dengan demam dan disertai satu atau lebih reaksi sistemik, seperti menggigil/kedinginan, sakit kepala, malaise, dan anoreksi; kadang-kadang pada anak-anak ada gangguan gastrointestinal. Tanda-tanda lokal juga terjadi di berbagai lokasi pada saluran pernafasan; bisa hanya satu gejala atau kombinasi, seperti rhinitis, faringitis atau tonsillitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonitis atau pneumonia. Mungkin juga terjadi konjungtivitis. Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis biasanya berkurang sesudah 2-5 hari tanpa komplikasi; namun Bagaimanapun, bisa terjadi komplikasi sinusitis bakteriil, otitis media atau yang jarang sekali terjadi yaitu pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Jumlah sel darah putih dan flora bakteri pada saluran pernafasan dalam batas normal, kecuali jika terjadi komplikasi. Pada bayi, akan sulit membedakannya dengan pneumonia, sepsis dan meningitis. Diagnosa spesifik ditegakkan dengan isolasi etiologi penyakit dari sekret saluran pernafasan yang ditanam pada kultur sel yang tepat atau pada kultur organ. Diagnosa juga ditegakkan dengan melakukan identifikasi dari antigen virus pada sel nasofaring dengan tes FA, ELISA dan RIA, dan atau adanya kenaikan titer antibodi dari pasangan sera. 2. Penyebab Penyakit Virus parainfluenza tipe 1, 2, 3 dan jarang tipe 4; virus saluran pernafasan sinsitial (respiratory Syncytial Virus, RSV); adenovirus, terutama tipe 1-5, 7, 14 dan 21; rhinovirus, coronavirus tertentu; coxsackievirus grup A dan B tipe tertentu dan echovirus diperkirakan sebagai penyebab dari penyakit-penyakit demam saluran pernafasan akut. Virus influenza (lihat Influenza) dapat memberikan gambaran klinis yang sama, terutama pada anak-anak. Beberapa jenis virus ini mempunyai tendensi lebih besar menyebabkan penyakit yang lebih parah; yang lainnya mempunyai predileksi menyerang kelompok umur tertentu. RSV, sebagai virus penyebab penyakit saluran pernafasan utama pada bayi, insidensi penyakit ini paling tinggi pada bayi sampai usia 2 tahun; ia juga merupakan etiologi utama dari bronkiolitis dan menyebabkan pneumonia, croup, bronkitis, otitis media dan penyakit-penyakit demam saluran pernafasan atas. Virus pada influenza diketahui sebagai penyebab utama dari croup dan dapat juga menyebabkan bronkitis, pneumonia, bronkiolitis dan penyakit-penyakit demam saluran pernafasan pada anak-anak. RSV dan virus parainfluenza bisa menyebabkan penyakit yang memberikan gejala pada orang dewasa, terutama orang tua dan orang-orang dengan debilitas. Adenovirus sebagai penyebab berbagai bentuk penyakit saluran pernafasan; tipe 4, 7 dan 21 adalah penyebab umum dari penyakit saluran pernafasan akut pada calon prajurit yang tidak diimunisasi; pada bayi, adenovirus adalah penyebab penyakit paling agresif yang dapat menyebabkan kematian yang signifikan. 446 3. Distribusi Penyakit Tersebar di seluruh dunia. Penyakit ini muncul dengan pola musiman di daerah beriklim sedang, dengan insidensi tertinggi pada musim gugur dan musim salju, terkadang juga pada musim semi. Di daerah tropis, infeksi saluran pernafasan lebih sering terjadi pada musim dingin dan basah. Pada masyarakat dengan jumlah penduduk besar, beberapa jenis virus muncul menyebabkan penyakit secara konstan, biasanya dengan sedikit pola musiman (misalnya: adenovirus tipe 1); yang lainnya cenderung muncul sebagai KLB yang jelas (misalnya RSV). Insidensi tahunan biasanya tinggi, terutama pada bayi dan anak-anak, dengan 2-6 episode tiap anak per tahun dan tergantung dari jumlah mereka yang rentan dan virulensi dari penyebab penyakit. Selama musim gugur, musim salju dan musim semi, angka serangan (attack rate) untuk anak-anak prasekolah kira-kira 2% per minggu, bandingkan dengan 1% per minggu untuk anak-anak usia sekolah dan 0,5% pada orang dewasa. Dalam keadaan lingkungan dan kondisi hospes tertentu, infeksi oleh virus bisa menyerang setengah dari jumlah penduduk dalam waktu beberapa minggu (misalnya KLB adenovirus tipe 4 atau 7 yang terjadi pada calon prajurit). Di AS, 2/3 dari semua bayi akan terinfeksi RSV dalam waktu 12 bulan, 1/3 dari mereka akan berkembang menjadi penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Dari keseluruhan bayi yang terinfeksi RSV ini, 2,5% akan dirawat di rumah sakit dan 1/1.000 bayi akan meninggal. 4. Reservoir Manusia. Banyak jenis virus yang sudah dikenal menyebabkan infeksi tanpa gejala; adenovirus menjadi laten di tonsil dan adenoid. Beberapa jenis virus dari kelompok yang sama menyebabkan infeksi yang sama pada banyak spesies binatang tetapi bukan merupakan ancaman bagi manusia. 5. Cara-cara Penularan Kontak langsung melalui mulut dan droplet; atau penularan terjadi karena kontak langsung melalui tangan, saputangan, peralatan makan atau benda-benda lain yang baru saja terkontaminasi oleh discharge saluran pernafasan dari orang yang terinfeksi. Virus yang dikeluarkan melalui tinja, termasuk enterovirus dan adenovirus, bisa ditularkan melalui jalur fekal-oral. KLB yang disebabkan oleh adenovirus tipe 3, 4 dan 7 pernah terjadi karena penularan yang terjadi di kolam renang. 6. Masa inkubasi: - Dari 1 – 10 hari. 7. Masa Penularan Masa penularan berlangsung beberapa saat sebelum dan pada masa aktif dari penyakit ini; hanya sedikit yang diketahui mengenai masa penularan pada infeksi subklinis atau laten. Infeksi RSV pada bayi, virus sangat jarang bertahan selama beberapa minggu atau lebih sesudah hilangnya gejala klinis. 8. Kerentanan dan Kekebalan Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Penyakit ini lebih sering menyerang bayi, anak-anak dan orang tua dan penyakit pada usia ini biasanya lebih parah. Infeksi akan merangsang Terbentuknya antibodi spesifik dan biasanya cepat hilang. Reinfeksi oleh 447 RSV dan virus parainfluenza sering terjadi, namun biasanya ringan. Orang-orang yang menderita penyakit jantung, paru-paru atau sistem imunitas mempunyai risiko terkena penyakit dengan gejala yang lebih parah. 9. Kerentanan dan Kekebalan A. Upaya pencegahan Lihat bagian I, 9A, pada Rhinitis akut di atas. Bayi dan anak-anak mempunyai risiko lebih tinggi terkena komplikasi penyakit yang disebabkan oleh RSV, yaitu bayi dan anak dibawah usia 2 tahun dengan penyakit paru kronis yang sedang mendapatkan pengobatan untuk penyakit parunya dalam waktu 6 bulan pada musim penularan RSV serta bayi prematur yang lahir pada usia kehamilan 32-35 minggu. Bayi-bayi yang mempunyai risiko tinggi ini akan terlindungi dari infeksi RSV bila diberi immunoglobulin RSV intravena (RSV-IGIV). Pemberian palivizumab, preparat antibodi monoclonal RSV yang diberikan kepada bayi secara intra muskuler, mengurangi jumlah bayi yang dirawat karena infeksi RSV di rumah sakit hingga separohnya. Penting untuk diketahui, bahwa pemberian RSV-IGIV merupakan kontraindikasi dan palivizumab tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada orang-orang dengan kelainan jantung kongenital sianotik. B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar 1) Laporan kepada petugas kesehatan setempat: Laporan wajib diberikan bila terjadi epidemi, tidak ada kasus individu yang perlu dilaporkan, kelas 4 (lihat tentang laporan penyakit menular). 2) Isolasi: Isolasi kontak bisa dilakukan pada bagian Anak di rumah sakit. Di luar rumah sakit, penderita sebaiknya menghindari kontak langsung dan atau tidak langsung dengan anak-anak, orang dewasa dengan debilitas, orang tua atau orang yang menderita penyakit lain. 3) Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap peralatan makan dan minum; pembuangan discharge hidung dan mulut dengan cara saniter. 4) Karantina: Tidak dilakukan. 5) Imunisasi kontak: Tidak dilakukan. 6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Tidak selalu dilakukan. 7) Pengobatan spesifik: Tidak ada. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional tidak disarankan; antibiotika hanya diberikan kepada penderita faringitis yang disebabkan oleh streptokokus grup A dan kepada pasien dengan komplikasi bakteriil yang jelas seperti otitis media, pneumonia atau sinusitis. Tidak ada consensus yang sama tentang manajemen yang tepat bagi bayi dengan infeksi RSV, terutama dalam hal pemberian ribavirin aerosol. Dari sejumlah penelitian yang dilakukan di AS dan Kanada, tidak ada hasil yang jelas berupa perbaikan klinis pada pemberian ribavirin aerosol kepada bayi dengan infeksi RSV baik yang dirawat dengan bantuan ventilasi maupun tidak. Obat batuk, dekongestan dan antihistamin dipertanyakan efektivitasnya dan bisa berbahaya terutama pada anak-anak. 448 C. Penanggulangan wabah: Tidak ada tindakan yang cukup efektif. Beberapa kejadian infeksi nosokomial dapat dicegah dengan hanya melakukan prosedur umum pencegahan infeksi, seperti cuci-tangan yang benar; prosedur lain seperti iradiasi dengan ultraviolet, pengendalian aerosol dan pengendalian debu tidak terbukti bermanfaat. Hindari kerumuman orang (lihat seksi I, 9A2, di atas). D. Implikasi bencana: Tidak ada. E. Tindakan Internasional: Manfaatkan Pusat-pusat Kerja sama WHO.
Postingan kali ini bersumber dari E-Book dengan Judul Manual Pemberantasan Penyakit Menular, by James Chin, MD, MPH Editor dan Dr, I Nyoman Kandun, MPH Edisi Ke 17 tahun 2000
PENYAKIT PERNAFASAN, VIRUS AKUT (TIDAK TERMASUK INFLUENZA) (Rhinitis virus akut, Faringitis, Laringitis) Beberapa jenis penyakit saluran pernafasan akut yang diketahui dan diasumsikan disebabkan oleh virus, dikelompokkan dalam kelompok ini. Berdasarkan gejala klinis dan klasifikasi taksonomi menurut CIOMS, maka infeksi pada saluran pernafasan bagian atas (di atas epiglottis), dapat dikategorikan sebagai rinitis virus akut atau faringitis virus akut (commond cold, infeksi saluran pernafasan atas) sedangkan infeksi yang mengenai saluran pernafasan bagian bawah (dibawah epiglottis) disebut sebagai croup (laringotrakeitis), trakeobronkitis virus akut, bronchitis, bronkiolitis atau pneumonia virus akut. Sindroma saluran pernafasan dapat disebabkan oleh berbagai macam jenis virus yang masing-masing dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan akut dengan spektrum luas dimana etiologi penyakit pada anak-anak dan orang dewasa berbeda. Penyakit yang etiologinya diketahui, mempunyai karakteristik epidemiologis yang sama, seperti reservoir dan cara penularan. Sebagian besar virus-virus ini menginvasi seluruh bagian saluran pernafasan, sedangkan yang lainnya mempunyai predileksi menyerang bagian tubuh tertentu. Beberapa jenis infeksi virus dapat menjadi faktor predisposisi bagi terjadinya komplikasi infeksi bakteri. Morbiditas dan mortalitas penyakit saluran pernafasan akut sangat tinggi pada kelompok anak-anak. Sedangkan pada orang dewasa, insidensi penyakit ini relatif tinggi dan menyebabkan absenteisme dengan konsekuensi kerugian di bidang ekonomi, sehingga penyakit saluran pernafasan akut merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia. Sebagai salah satu kelompok penyakit, penyakit saluran pernafasan akut merupakan salah satu penyebab kematian utama dari penyakit-penyakit infeksi. Beberapa jenis infeksi lain saluran pernafasan dimasukkan kedalam satu entitas penyakit yang jelas dan akan diuraikan dalam bab terpisah. Oleh karena manifestasi klinis dan epidemiologi penyakit tersebut sangat berbeda dan selalu ada hubungan dengan infeksi tunggal, misalnya influenza, psittacosis, sindroma hantavirus paru, pneumonia klamidia, faringitis vesikuler (herpangina) dan mialgia epidemika (pleurodinia). Khusus pada anak-anak, influenza dimasukkan kedalam golongan penyakit saluran pernafasan akut. Gejala-gejala yang muncul pada infeksi saluran pernafasan atas, terutama faringotonsilitis, dapat juga disebabkan oleh bakteri, dimana streptokokus grup A adalah penyebab yang paling umum. Infeksi harus dibedakan dengan infeksi bakteri atau mikroba lain. Oleh karena itu untuk infeksi bukan oleh virus telah tersedia obat antimikroba spesifik. Contohnya, walaupun faringotonsilitis oleh virus sangat sering terjadi namun infeksi streptokokus grup A sebaiknya dikesampingkan terlebih dahulu dengan melakukan tes antigen streptokokus cepat dan kultur, terutama pada anak-anak di atas usia 2 tahun. Disamping itu, pada saat terjadi KLB non streptokokus perlu dilakukan upaya untuk mengidentifikasi penyebab penyakit secara klinis dan dengan pemeriksaan laboratorium yang tepat dengan sample representatif untuk menyisihkan kemungkinan penyakit lain (misalnya mikoplasma pneumonia, pneumonia yang disebabkan oleh klamidia, legionellosis dan demam Q yang apabila diberi pengobatan spesifik, cukup efektif). 443 I. RHINITIS VIRUS AKUT – THE COMMOND COLD ICD-9 460; ICD-10 J00 (Rhinitis, Coryza [acute]) 1. Identifikasi Adalah penyakit infeksi catarrhal dari saluran pernafasan bagian atas yang mempunyai ciri-ciri coryza, bersin, lakrimasi, iritasi nasofaring, menggigil dan malaise yang berlangsung selama 2-7 hari. Demam jarang terjadi pada anak-anak usia lebih dari 3 tahun dan juga jarang pada orang dewasa. Tidak ada kematian yang dilaporkan, tetapi tingkat absenteisme yang tinggi di tempat kerja atau sekolah menjadi sangat penting karena mempengaruhi hasil dan produktivitas kerja serta absensi di sekolah; penyakit ini bisa disertai dengan laringitis, trakeitis atau bronkitis dan bisa terjadi komplikasi yang serius serta sinusitis dan otitis media. Jumlah sel darah putih biasanya normal dan flora bakteri pada saluran pernafasan biasanya dalam batas normal jika tidak terjadi komplikasi. Dalam suatu penelitian dan dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan kultur sel atau kultur organ dari sekret hidung ditemukan virus pada 20-35% kasus. Dengan melihat gambaran epidemiologis dan gambaran klinis serta manifestasi lain yang khas dari commond cold akan mempermudah untuk membedakan penyakit ini dengan penyakit yang mirip yang disebabkan oleh racun, alergi, rangsangan fisik atau psikologis. 2. Penyebab Infeksi Rhinovirus, dikenal ada lebih dari 100 serotipe, adalah penyebab commond cold pada orang dewasa; sekitar 20-40% kasus commond cold disebabkan virus ini, terutama pada musim gugur. Sedangkan Coronavirus, seperti 229E, OC43 dan B814 merupakan penyebab sekitar 10-15% dari commond cold dan influenza sebagai penyebab sekitar 10- 15% dari commond cold pada orang dewasa; virus ini menonjol pada musim dingin dan awal musim semi, pada saat prevalensi rhinovirus rendah. Virus saluran pernafasan lain juga diketahui dapat menyebabkan commond cold pada orang dewasa. Pada bayi dan anak-anak, virus parainfluenza, Respiratory syncytial viruses (RSV), influenza, adenovirus, enterovirus tertentu dan coronavirus menyebabkan penyakit seperti commond cold. Hampir setengah dari commond cold belum diketahui etiologinya. 3. Distribusi Penyakit Tersebar di seluruh dunia, baik bersifat endemis maupun muncul sebagai KLB. Di daerah beriklim sedang, insidensi penyakit ini meningkat di musim gugur, musim dingin dan musim semi; di daerah tropis, insidensi penyakit tinggi pada musim hujan. Sebagian besar orang, kecuali mereka yang tinggal di daerah dengan jumlah penduduk sedikit dan terisolasi, bisa terserang satu hingga 6 kali setiap tahunnya. Insidensi penyakit tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dan akan menurun secara bertahap sesuai dengan bertambahnya umur. 4. Reservoir: - Manusia. 5. Cara Penularan Diduga melalui kontak langsung atau melalui droplet; yang lebih penting lagi; penularan tidak langsung dapat terjadi melalui tangan dan barang-barang yang baru saja terkontaminasi oleh kotoran hidung dan mulut dari orang yang terinfeksi. 444 Rhinovirus, RSV dan kemungkinan virus-virus lainnya ditularkan melalui tangan yang terkontaminasi dan membawa virus ini ke membran mukosa mata dan hidung. 6. Masa Inkubasi: Antara 12 jam sampai dengan 5 hari, biasanya rata-rata 48 jam bervariasi sesuai dengan penyebab penyakit. 7. Masa Penularan: Sukarelawan yang dipajan dengan sekret hidung penderita, 24 jam sebelum onset dan 5 hari sesudah onset akan menderita sakit. 8. Kerentanan dan Kekebalan Setiap orang rentan terhadap penyakit ini. Infeksi tanpa gejala dan infeksi yang abortive sering terjadi, frekuensi orang sehat yang menjadi carrier tidak diketahui dengan jelas tetapi jarang ada carrier untuk jenis virus tertentu, misalnya seperti rhinovirus. Berulangnya serangan penyakit kemungkinan besar karena berkembang biak dan meningkatnya jumlah virus, namun bisa juga karena imunitas homolog yang terbentuk terhadap serotipe yang berbeda dari virus yang sama bertahan dalam waktu yang pendek atau karena sebab lain. 9. Cara-cara Pemberantasan A. Tindakan pencegahan 1) Lakukan penyuluhan/beri informasi kepada masyarakat mengenai upaya kebersihan perorangan seperti sering mencuci tangan, menutup mulut ketika batuk dan bersin, dan pembuangan discharge dari mulut dan hidung dengan cara yang saniter. 2) Bila memungkinkan, Hindari jangan sampai berjejal di ruang keluarga, tempat tidur, di tempat-tempat seperti barak dan kabin kapal. Sediakan ventilasi yang cukup. 3) Vaksin adenovirus oral terbukti efektif terhadap infeksi adenovirus 4, 7 dan 21 yang menyerang personil militer, tetapi tidak dianjurkan pemberiannya untuk masyarakat sipil karena rendahnya insidensi dari infeksi virus yang spesifik. 4) Hindari merokok di rumah, dimana ada banyak anak-anak. Karena risiko terkena pneumonia akan meningkat bila mereka menjadi perokok pasif. B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar 1) Laporan kepada petugas kesehatan setempat, laporan resmi tidak diperlukan, Kelas 5 (lihat tentang laporan penyakit menular). 2) , 3), 4), 5), 6), dan 7), Isolasi, Disinfeksi serentak, Karantina, Imunisasi kontak, Investigasi kontak dan sumber infeksi, Pengobatan khusus: Lihat bagian II, 9B2 sampai 9B7 di bawah. C, D dan E: Upaya penanggulangan wabah, Implikasi bencana dan Tindakan Internasional: Lihat bagian II, 9C, 9D dan 9E di bawah. 445 II. PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN AKUT DENGAN DEMAM (ACUTE FEBRILE RESPIRATORY DISEASE) ICD-9 461-466; 480; ICD-10 J01-J06; J12 (Tidak termasuk Faringitis Streptokokus, q.v. J02.0) 1. Identifikasi Penyakit yang disebabkan oleh virus pada saluran pernafasan ditandai dengan demam dan disertai satu atau lebih reaksi sistemik, seperti menggigil/kedinginan, sakit kepala, malaise, dan anoreksi; kadang-kadang pada anak-anak ada gangguan gastrointestinal. Tanda-tanda lokal juga terjadi di berbagai lokasi pada saluran pernafasan; bisa hanya satu gejala atau kombinasi, seperti rhinitis, faringitis atau tonsillitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonitis atau pneumonia. Mungkin juga terjadi konjungtivitis. Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis biasanya berkurang sesudah 2-5 hari tanpa komplikasi; namun Bagaimanapun, bisa terjadi komplikasi sinusitis bakteriil, otitis media atau yang jarang sekali terjadi yaitu pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Jumlah sel darah putih dan flora bakteri pada saluran pernafasan dalam batas normal, kecuali jika terjadi komplikasi. Pada bayi, akan sulit membedakannya dengan pneumonia, sepsis dan meningitis. Diagnosa spesifik ditegakkan dengan isolasi etiologi penyakit dari sekret saluran pernafasan yang ditanam pada kultur sel yang tepat atau pada kultur organ. Diagnosa juga ditegakkan dengan melakukan identifikasi dari antigen virus pada sel nasofaring dengan tes FA, ELISA dan RIA, dan atau adanya kenaikan titer antibodi dari pasangan sera. 2. Penyebab Penyakit Virus parainfluenza tipe 1, 2, 3 dan jarang tipe 4; virus saluran pernafasan sinsitial (respiratory Syncytial Virus, RSV); adenovirus, terutama tipe 1-5, 7, 14 dan 21; rhinovirus, coronavirus tertentu; coxsackievirus grup A dan B tipe tertentu dan echovirus diperkirakan sebagai penyebab dari penyakit-penyakit demam saluran pernafasan akut. Virus influenza (lihat Influenza) dapat memberikan gambaran klinis yang sama, terutama pada anak-anak. Beberapa jenis virus ini mempunyai tendensi lebih besar menyebabkan penyakit yang lebih parah; yang lainnya mempunyai predileksi menyerang kelompok umur tertentu. RSV, sebagai virus penyebab penyakit saluran pernafasan utama pada bayi, insidensi penyakit ini paling tinggi pada bayi sampai usia 2 tahun; ia juga merupakan etiologi utama dari bronkiolitis dan menyebabkan pneumonia, croup, bronkitis, otitis media dan penyakit-penyakit demam saluran pernafasan atas. Virus pada influenza diketahui sebagai penyebab utama dari croup dan dapat juga menyebabkan bronkitis, pneumonia, bronkiolitis dan penyakit-penyakit demam saluran pernafasan pada anak-anak. RSV dan virus parainfluenza bisa menyebabkan penyakit yang memberikan gejala pada orang dewasa, terutama orang tua dan orang-orang dengan debilitas. Adenovirus sebagai penyebab berbagai bentuk penyakit saluran pernafasan; tipe 4, 7 dan 21 adalah penyebab umum dari penyakit saluran pernafasan akut pada calon prajurit yang tidak diimunisasi; pada bayi, adenovirus adalah penyebab penyakit paling agresif yang dapat menyebabkan kematian yang signifikan. 446 3. Distribusi Penyakit Tersebar di seluruh dunia. Penyakit ini muncul dengan pola musiman di daerah beriklim sedang, dengan insidensi tertinggi pada musim gugur dan musim salju, terkadang juga pada musim semi. Di daerah tropis, infeksi saluran pernafasan lebih sering terjadi pada musim dingin dan basah. Pada masyarakat dengan jumlah penduduk besar, beberapa jenis virus muncul menyebabkan penyakit secara konstan, biasanya dengan sedikit pola musiman (misalnya: adenovirus tipe 1); yang lainnya cenderung muncul sebagai KLB yang jelas (misalnya RSV). Insidensi tahunan biasanya tinggi, terutama pada bayi dan anak-anak, dengan 2-6 episode tiap anak per tahun dan tergantung dari jumlah mereka yang rentan dan virulensi dari penyebab penyakit. Selama musim gugur, musim salju dan musim semi, angka serangan (attack rate) untuk anak-anak prasekolah kira-kira 2% per minggu, bandingkan dengan 1% per minggu untuk anak-anak usia sekolah dan 0,5% pada orang dewasa. Dalam keadaan lingkungan dan kondisi hospes tertentu, infeksi oleh virus bisa menyerang setengah dari jumlah penduduk dalam waktu beberapa minggu (misalnya KLB adenovirus tipe 4 atau 7 yang terjadi pada calon prajurit). Di AS, 2/3 dari semua bayi akan terinfeksi RSV dalam waktu 12 bulan, 1/3 dari mereka akan berkembang menjadi penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Dari keseluruhan bayi yang terinfeksi RSV ini, 2,5% akan dirawat di rumah sakit dan 1/1.000 bayi akan meninggal. 4. Reservoir Manusia. Banyak jenis virus yang sudah dikenal menyebabkan infeksi tanpa gejala; adenovirus menjadi laten di tonsil dan adenoid. Beberapa jenis virus dari kelompok yang sama menyebabkan infeksi yang sama pada banyak spesies binatang tetapi bukan merupakan ancaman bagi manusia. 5. Cara-cara Penularan Kontak langsung melalui mulut dan droplet; atau penularan terjadi karena kontak langsung melalui tangan, saputangan, peralatan makan atau benda-benda lain yang baru saja terkontaminasi oleh discharge saluran pernafasan dari orang yang terinfeksi. Virus yang dikeluarkan melalui tinja, termasuk enterovirus dan adenovirus, bisa ditularkan melalui jalur fekal-oral. KLB yang disebabkan oleh adenovirus tipe 3, 4 dan 7 pernah terjadi karena penularan yang terjadi di kolam renang. 6. Masa inkubasi: - Dari 1 – 10 hari. 7. Masa Penularan Masa penularan berlangsung beberapa saat sebelum dan pada masa aktif dari penyakit ini; hanya sedikit yang diketahui mengenai masa penularan pada infeksi subklinis atau laten. Infeksi RSV pada bayi, virus sangat jarang bertahan selama beberapa minggu atau lebih sesudah hilangnya gejala klinis. 8. Kerentanan dan Kekebalan Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Penyakit ini lebih sering menyerang bayi, anak-anak dan orang tua dan penyakit pada usia ini biasanya lebih parah. Infeksi akan merangsang Terbentuknya antibodi spesifik dan biasanya cepat hilang. Reinfeksi oleh 447 RSV dan virus parainfluenza sering terjadi, namun biasanya ringan. Orang-orang yang menderita penyakit jantung, paru-paru atau sistem imunitas mempunyai risiko terkena penyakit dengan gejala yang lebih parah. 9. Kerentanan dan Kekebalan A. Upaya pencegahan Lihat bagian I, 9A, pada Rhinitis akut di atas. Bayi dan anak-anak mempunyai risiko lebih tinggi terkena komplikasi penyakit yang disebabkan oleh RSV, yaitu bayi dan anak dibawah usia 2 tahun dengan penyakit paru kronis yang sedang mendapatkan pengobatan untuk penyakit parunya dalam waktu 6 bulan pada musim penularan RSV serta bayi prematur yang lahir pada usia kehamilan 32-35 minggu. Bayi-bayi yang mempunyai risiko tinggi ini akan terlindungi dari infeksi RSV bila diberi immunoglobulin RSV intravena (RSV-IGIV). Pemberian palivizumab, preparat antibodi monoclonal RSV yang diberikan kepada bayi secara intra muskuler, mengurangi jumlah bayi yang dirawat karena infeksi RSV di rumah sakit hingga separohnya. Penting untuk diketahui, bahwa pemberian RSV-IGIV merupakan kontraindikasi dan palivizumab tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada orang-orang dengan kelainan jantung kongenital sianotik. B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar 1) Laporan kepada petugas kesehatan setempat: Laporan wajib diberikan bila terjadi epidemi, tidak ada kasus individu yang perlu dilaporkan, kelas 4 (lihat tentang laporan penyakit menular). 2) Isolasi: Isolasi kontak bisa dilakukan pada bagian Anak di rumah sakit. Di luar rumah sakit, penderita sebaiknya menghindari kontak langsung dan atau tidak langsung dengan anak-anak, orang dewasa dengan debilitas, orang tua atau orang yang menderita penyakit lain. 3) Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap peralatan makan dan minum; pembuangan discharge hidung dan mulut dengan cara saniter. 4) Karantina: Tidak dilakukan. 5) Imunisasi kontak: Tidak dilakukan. 6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Tidak selalu dilakukan. 7) Pengobatan spesifik: Tidak ada. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional tidak disarankan; antibiotika hanya diberikan kepada penderita faringitis yang disebabkan oleh streptokokus grup A dan kepada pasien dengan komplikasi bakteriil yang jelas seperti otitis media, pneumonia atau sinusitis. Tidak ada consensus yang sama tentang manajemen yang tepat bagi bayi dengan infeksi RSV, terutama dalam hal pemberian ribavirin aerosol. Dari sejumlah penelitian yang dilakukan di AS dan Kanada, tidak ada hasil yang jelas berupa perbaikan klinis pada pemberian ribavirin aerosol kepada bayi dengan infeksi RSV baik yang dirawat dengan bantuan ventilasi maupun tidak. Obat batuk, dekongestan dan antihistamin dipertanyakan efektivitasnya dan bisa berbahaya terutama pada anak-anak. 448 C. Penanggulangan wabah: Tidak ada tindakan yang cukup efektif. Beberapa kejadian infeksi nosokomial dapat dicegah dengan hanya melakukan prosedur umum pencegahan infeksi, seperti cuci-tangan yang benar; prosedur lain seperti iradiasi dengan ultraviolet, pengendalian aerosol dan pengendalian debu tidak terbukti bermanfaat. Hindari kerumuman orang (lihat seksi I, 9A2, di atas). D. Implikasi bencana: Tidak ada. E. Tindakan Internasional: Manfaatkan Pusat-pusat Kerja sama WHO.
No comments:
Post a Comment