1. Pengertian KehamilanKehamilan merupakan konsepsi antara ovum/sel telur dan spermatozoa
yang disertai nidasi hasil konsepsi. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai
partus kira-kira 280 hari/40 minggu/lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan
40 minggu biasa disebut kehamilan matur. Bila kehamilan 43 minggu disebut post
matur. Kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan prematur (Suryadi,
2006).
Masa kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester pertama,
dimulai dari proses konsepsi sampai usia kehamilan tiga bulan (0-12 minggu),
trimester kedua dihitung dari bulan keempat sampai kehamilan enam bulan (12-
28 minggu), dan trimester ketiga dihitung dari bulan ke tujuh sampai usia
kehamilan bulan (28-40 minggu). Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan. Proses pematangan telur dipengaruhi oleh hormon. Pada setiap
bulannya, indung telur wanita usia subur akan mengahasilkan satu atau dua telur
matang yang disebut ovum (Suryadi, 2006).
Masa remaja sampai masa dewasa awal (15-45 tahun) merupakan masa
reproduksi aktif, artinya masa dimana kesuburan berada dalam keadaan optimal,
yang perempuan mampu dan mudah menghamili (Suryadi, 2006).
Pada manusia, fertilisasi biasanya terjadi pada bagian tengah tuba fallopi.
Penetrasi spermatozoa ke dalam ovum mampu menembus zona pellucida melalui
bantuan enzim hyaluronidase dari akrosom. Pada fertilisasi, hanya ada satu
spermatozoa yang dapat menembus ovum, sebab sekali ovum telah mengalami
fertilisasi, maka dibentuk suatu pelindung disekitarnya yang mencegah
pemasukan spermatozoa lain.
Setelah terjadi fertilisasi, maka embrio yang berkembang dinamakan
blastokist. Pada perkembangan selanjutnya, hasil fertilisasi tumbuh dan
berkembang di kandungan selama kurang lebih 42 minggu. Selama kurun waktu
tersebut merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan bayi, antara
lain gizi tidak cukup terutama kekurangan zat besi (iron), penyakit infeksi,
perdarahan, maupun gangguan kehamilan lainnya yang secara langsung maupun
tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan hasil fertilisasi tersebut
(Suryadi, 2006).
3. Frekuensi Kehamilan
Frekuensi kehamilan bisa mempengaruhi konsumsi alamiah zat besi.
Karena pada ibu hamil dengan kehamilan berulang, maka tingkat kekhawatiran
mulai berkurang, sehingga pola konsumsi zat besi juga sudah tidak menjadi
perhatiaanya. Berikut adalah istilah untuk frekuensi kehamilan
a. Gravida yaitu wanita yang hamil.
b. Primigravida yaitu wanita yang pertama kali hamil.
c. Secundigravida, yaitu wanita yang hamil untuk kedua kalinya.
d. Primipara, yaitu wanita yang telah melahirkan seorang anak namun lahir
dalam keadaan matur atau pre matur.
e. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan lebih dari seorang anak.
f. Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau
lebih.
4. Komplikasi-Komplikasi Sebagai Akibat Langsung
Kehamilan.
a. Hiperemesis Gravidarum
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada
pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini
kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primi gravida dan 40-60 % multi
gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi berat.
Perasaan mual ini disebabkan karena meningkatnya kadar hormone estrogen
dan HCG dalam serum.
1. Etiologi
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah
ditemukan adalah sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda.
b. Masuknya vili khorilis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak
ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
c. Alergi. Sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak,
juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
d. Faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai
ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
2. Gejala dan Tanda.
Hiperemisis Gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat
dibagi ke dalam tiga tingkatan.
a. Tingkatan I, muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan
umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada,berat badan
menurun dan merasa nyeri epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100
per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang,
lidah mengurang dan mata cekung.
b. Tingkatan II, penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit
lebih mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan
cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris.Berat badan
turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokosentrasi, oliguria
dan konstipasi.
c. Tingkat III, keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat ; suhu
meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan
saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan gejala :
nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat
sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunujukan adanya payah hati.
3. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus
ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus-menerus,
sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus
dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis,
ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala
muntah.
4. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis
gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat
membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat,
penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
b. Preeklampsia dan Eklampsia
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit, yakni
yang langsung disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana
hal itu terjadi. Istilah kesatuan penyakit harus diartikan bahwa kedua peristiwa
dasarnya sama dan bahwa eklampsia merupakan peningkatan yang lebih berat
dan berbahaya dari pre-eklampsia, dengan tambahan gejala-gejala tertentu.
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Pre-eklampsia dibagi
dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila satu atau
lebih tanda/gejala di bawah ini ditemukan :
1. Tekanan sistolik 160 mm Hg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mm
Hg atau lebih.
2. Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam, 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kulitatif.
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dari 24 jam
4. Edema paru-paru atau sianosis.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam
jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembekakan kaki, jari tangan, dan muka. Kenaikan berat badan ½ kg setiap
minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1
kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap
timbulnya pre-eklampsia.
1. Etiologi
Beberapa teori menyebutkan bahwa pre-eklampsia disebabkan
oleh beberapa hal sebagai berikut :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan
c. Terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus.
d. Jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya
e. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia
ialah iskemia plasenta.
2. Patologi
Pre-eklampsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu.
Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaan anatomi-patologik berasal
dari penderita eklampsia yang meninggal. Perdarahan, infrak, nekrosis, dan
trombosis pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan
dalam berbagai alat tubuh. Perubahan ini mungkin sekali disebabkan
oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah
merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan
tersebut.
3. Diagnosis
Pada umumnya diagnosis pre-eklampsia didasarkan atas adanya
dua dari trias tanda utama : hipertensi, edema, dan proteinuria. Hal ini
memang berguna untuk kepentingan statistik, tetapi dapat merugikan
penderita karena tiap tanda dapat merupakan bahaya kendatipun terendiri.
Adanya satu tanda harus menimbulkan kewaspadaan, apalagi oleh karena
cepat tidaknya penyakit meningkat tidak dapat diramalkan, dan bila
eklampsia terjadi, maka prognosis bagi ibu maupun janin menjadi jauh
lebih buruk. Tiap kasus pre eklampsia oleh sebab itu harus ditangani
dengan sungguh-sungguh.
Diagnosis diferensial antara pre-eklampsia dengan hipertensi
menahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran.
Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi
sebelum hamil, pada kehamilan muda, atau 6 bulan postpartum akan
sangat muda untuk membuat diagnosis. Untuk diagnosis penyakit ginjal
saat timbulnya proteinuria banyak menolong, proteinuria pada preklampsia
jarang timbul pada triwulan ke-3, sedang pada penyakit ginjal timbul lebih
dahulu. Test fungsi ginjal juga banyak berguna, pada umumnya fungsi ginjal
normal pada pre-eklampsia ringan.
c. Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan
1. Abortus
Istilah abortus dipakai untuk menunjukan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, mempunyai
berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin
yang dilahirkan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus
ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung
tanpa tindakan adalah abortus spontan. Abortus buatan adalah
pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan.
2. Persalinan Preterm
Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada
kehamilan 37 minggu atau kurang, merupakan hal yang berbahaya
karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian
perinatal. Kematian perinatal umumnya berkaitan dengan berat lahir
rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh bayi pre-term dan
pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya dapat
dicegah karena dampak yang negatif. Dampak negatif tidak saja
terhadap kematian perinatal tetapi juga terhadap morbiditas, potensi
generasi yang akan datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi
keluarga dan bangsa secara keseluruhan.
3. Kehamilan Lewat Waktu
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari
dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan
antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan periode dimana terjadi
persalinan normal. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari
42 minggu lengkap disebut sebagai post term atau kehamilan lewat
waktu.
Kini dengan adanya pelayanan USG maka usia kehamilan dapat
ditentukan lebih tepat terutama bila dilakukan pemeriksaan pada usia
kehamilan 6-11 minggu sehingga penyimpangan hanya 1 minggu.
Kekhawatiran dalam menghadapi lewat waktu ialah meningkatnya resiko
kematian dan kesakitan perinatal. Resiko kematian perinatal kehamilan
lewat waktu ialah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal
kehamilan lewat waktu dapat menjadi 3 kali dibandingkan kehamilan
aterm. Disamping itu ada pula komplikasi yang lebih sering
menyertainya seperti ; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia
bahu dan perdarahan postpartum.
d. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak
sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars intersitialis
tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat
ektopik.
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselediki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan
pembuahan telur di bagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur
mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya
di tuba dipermudah.
B. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru lahir
Bayi yang baru lahir dan dinyatakan normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram
sampai dengan 4000 gram (Ayu, 2006).
1. Fisiologi
a. Metabolisme
Sistem metabolisme neonatus, pada jam pertama energi didapatkan
dari pembakaran karbohidrat, pada hari kedua berasal dari pembakaran
lemak. Setelah mendapatkan susu lebih kurang hari ke enam energi dari
lemak 60 % dan dari katbohidrat 40 %.
Dalam waktu dua jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar
gula darah, untuk menambah energi pada jam-jam pertama setelah lahir
diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula dapat
mencapai 120 mg/100 ml. Apabila karena sesuatu hal misalnya bayi dari ibu
yang menderita DM dan BBLR, perubahan glukosa menjadi glikogen
akan meningkat atau terjadi gangguan metabolisme asam lemak yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan bayi akan
menjadi hipoglikemia.
b. Suhu Tubuh
Segera setelah bayi lahir, bayi akan berada di tempat yang suhu
lingkungannya lebih rendah dari lingkungan dalam rahim. Suhu tubuh
neonatus yang normal yaitu sekitar 36,5 oC sampai 37 oC. Bila bayi
dibiarkan dalam suhu kamar (25 oC) maka bayi akan kehilangan panas
melalui evaporasi (penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak 200
kalori/kg BB/menit, sedangkan pembentukan panas yang dapat
diproduksi hanya per sepuluh dari jumlah kehilangan panas di atas, dalam
waktu yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu
tubuh sebanyak 2 oC dalam waktu 15 menit. Keadaan ini sangat berbahaya
untuk neonatus terlebih lagi bagi bayi BBLR, bayi dapat
mengalami asfiksia karena tidak sanggupmengimbangi penurunan suhu
tersebut dengan produksi panas yang dibuat sendiri.
Akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan akan
meningkat dan berakibat lebih mudah terjadinya asidosis metabolik berat
sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat. Selain itu hiportemi yang
terjadi pada neonatus dapat menyebabkan hipoglikemia
c. Respirasi
Saat dalam kandungan fetus sudah mengadakan gerakan napas,
tetapi liquor amni tidak sampai masuk ke dalam alveoli
fetus.Keseimbangan saturasi oksigen dipengaruhi oleh kosentrasi
oksigen dan karbonioksida. Keseimbangan saturasi oksigen sangat penting
bagi janin dalam rahim, bila terjadi kenaikan saturasi oksigen melebihi 50 %
akan terjadi apnoe, sebaliknya bila menurun lebih dari 25 % akan
mempengaruhi sensitifitas pusat pernapasan. Saturasi oksigen janin
dipengaruhi oleh sirkulasi otero- plasenter, karena selama dalam uterus,
janin mendapat O2 dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah fetus
lahir pertukaran gas berubah melalui paru-paru.
d. Kardiovaskuler
Masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbulicalis masuk
ke tubuh janin. Sebagian darah dialirkan ke hati dan sebagian besar melalui
duktus venosus arantu akan mengalir ke vena cafa inferior menuju ke
atrium kanan dilanjutkan ke ventrikel kanan kemudian ke atrium kiri
melalui foramen ovale menuju ke nentrikel kiri yang kemudian dipompa ke
aorta. Sementara darah dari ventrikel kanan dipompa ke paru-paru, karena
terdapat tekanan dari paru-paru yang belum berkembang, darah yang
mengalir ke arteri pulmonalis ke paru hanya sebagian, dan yang sebagian
akan mengalir melalui duktus arteriosus botali ke aorta.
Darah dari aorta yang mengandung nutrisi dan oksigen akan
mengalir ke seluruh tubuh. Darah dari sel tubuh bersama sisa metabolisme
akan dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis.
Saat fetus lahir, segera bayi mengisap udara dan menangis kuat,
paru mengembang dan tekanan dalam paru menurun, tekanan aorta
desenden meningkat karena rangsang biokimia (PaO2 yang naik), darah
seolah terhisap ke paru, mengakibatkan duktus arteriosus botali tidak
berfungsi lagi. Dengan masuknya darah dari paru-paru ke dalam atrium
kiri menjadi lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan, hal ini
menyebabkan foramen ovale menutup secara fisiologis dan tidak
berfungsi lagi. Hal ini terjadi pada jam pertama kelahiran. Sirkulasi
janin berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar badan ibu.
e. Traktus Digestivus
Saat kehamilan empat bulan alat pencernaan telah cukup
terbentuk dan janin telah dapat menelan air ketuban. Absorpsi air
ketuban terjadi melalui mukosa seluruh traktus disgestivus. Sisa
absorpsi berupa lanugo dan verniks kaseosa akan keluar bersama
meconium ada saat bayi lahir, yang keluar dalam satu jam setelah
kelahiran.
f. Keseimbangan Asam-Basa
PH darah waktu lahir rendah karena glikolisis anaerob. Dalam
24 jam pertama neonatus telah mengkompensasi asidosis ini (Ayu, 2006).
2. Klasifikasi bayi menurut berat bayi lahir
Klasifikasi bayi menurut berat bayi lahir terdiri atas dua yaitu:
a. Berat Badan lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan berat bayi pada
saat lahir kurang dari 2500 gram. Sejak tahun 1961 WHO telah
mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (bayi
dengan berat lahir rendah = BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua
bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh :
1. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa
kehamilan dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir dari haid yang
teratur)
2. Bayi small for gestational age (SGA): bayi yang beratnya kurang dari
berat yang sesungguhnya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa
kehamilannya = KMK)
3. Kedua-duanya (poin 1 dan 2).(Hanifa Wiknjostoro,dkk, 2006).
WHO (1979) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok :
a. Pre-term : kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari)
b. Term : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu
lengkap (259 hari sampai 293 hari).
c. Post-term : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih)
Ciri-ciri dan masalah kedua bentuk BBLR (SMK dan KMK) ini
berbeda-beda. Oleh karena itu perlu diketahui umur kehamilan dengan
mengetahui hari pertama haid terakhir, bunyi jantung pertama yang dapat
didengar (kehamilan 18-22 minggu), fetal queckening (kehamilan 16-18
minggu), tinggi fundus, dan fetal ultrasound : diameter biparietal atau bila
diduga KMK ratio lingkaran kepala terhadap lingkaran perut harus dinilai.
Secara klinik umur kehamilan dapat diketahui dengan mengukur berat lahir,
panjang badan, lingkaran kepala (occipito-frontal circumference).
Berdasarkan jenisnya bayi dengan berat badan lahir rendah dibagi
atas dua yaitu :
1. Bayi prematur
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang
dilahirkan maka makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Dengan
pengelolaan yang optimal dan dengan cara-cara yang kompleks serta
alat-alat yang canggih maka Usher (1975) menggolongkan bayi
tersebut dalam tiga kelompok :
a. Bayi yang sangat prematur (extremely premature) : 24-30 minggu.
Bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup
terutama di negara yang belum atau sementara berkembang. Bayi
dengan masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin dapat hidup
dengan perawatan yang sangat intensif (perawat yang sangat terlatih
dengan menggunakan alat-alat yang canggih) agar dicapai hasil yang
sangat optimum.
b. Bayi pada derajat premature yang sedang (moderately premature) :
31-36 minggu. Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh
lebih baik dari golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya di
kemudian hari jauh lebih ringan, asal saja pengelolaan terhadap bayi
ini betul-betul intensif.
c. Borderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini
mempunyai sifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti
bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul
problematik seperti yang dialami bayi prematur, misalnya sindroma
gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, daya isap yang lemak dan
sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi dengan seksama.
2. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Banyak istilah yang dipergunakan untuk menunjukan bahwa
bayi KMK ini menderita gangguan pertumbuhan dalam uterus
(intrauterine growth retardation = IUGR) seperti pseudopremature,
small for dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronic fetal
distress, IUGR, dan Small for gestational age (SGA). Batasan yang
diajukan oleh Lubhenco (1963) adalah bahwa setiap bayi yang berat
lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10 th percentile untuk masa
kehamilan pada Denver intrauterine growth curves adalah bayi SGA.
Kurva ini dapat pula dipakai untuk Standard intrauterine growth growth
chart of low birth weight Indonesian infants. Setiap bayi baru lahir
(premature, matur dan postmatur) mungkin saja mempunyai berat yang
tidak sesuai dengan masa gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung
daripada lamanya, intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan
yang mempengaruhi bayi tersebut.
Prognosis kedua jenis bayi dengan berat lahir rendah tersebut
di atas tergantung dari berat ringannya masalah perintal, misalnya
masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi makin
tinggi angka kematian), afiksia/iskemia otak, sindroma gangguan
pernapasan, perdarahan intravertikuler, displasia btronkoplumonal,
retrolental fibroplasias, infeksi, gangguan metabolik (asidosis,
hipoglikemia, hiperbilirubenemia).
b. Berat Badan Lahir Normal (BBLN)
Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin di dalam
uterus, kualitas pengawasan antenatal, penyakit-penyakit ibu waktu hamil,
penanganan persalinan dan perawatan sesudah lahir. Penanggulangan bayi
tergantung pada keadaannya apakah ia normal atau tidak. Diantara bayi
yang normal ada yang membutuhkan pertolongan medik segera (sindroma
gangguan pernapasan, asfiksia berat, perdarahan, hiperbilirubinemia oleh
karena ketidak cocokan golongan darah ibu dan anak dan lain-lain) dan
tindakan operatif seperti atresia ani, fistula trakeoesofagus, hernia
diafragmatika, atresia doudeni dan sebagainya.
Seorang bayi dinyatakan normal dipandang dari beratnya apabila
memiliki berat lahir 2500 sampai dengan 4000 gram. Secara umum dari
beratnya pada saat lahir sudah dapat diketahui bahwa bayi yang dilahirkan
memiliki berat yang normal atau tidak (Ayu, 2006).
Beberapa pemeriksaan fisik lain yang juga dapat dilakukan pada
bayi baru lahir normal dipandang dari keadaan gizi yaitu : Panjang badan
(PB) antara 48 sampai dengan 52 cm, Lingkar Lengan Atas (LLA) antara
10 sampai dengan 11 cm, Berat badan menurun pada hari kedua dan ketiga, dan
jangan sampai turun pada hari ke sepuluh sampai dengan empat belas (Ayu,
2006).
No comments:
Post a Comment