script src='http://elmubarok.googlecode.com/files/floating1.js' type='text/javascript'/>

http://ikkibondenkkesmas.blogspot.com/2010/03/about-me.html

Kata Rasullullah ada tiga amalan yang jika dikerjakan maka Amalnya akan mengalir meskipun yang mengamalkannya telah meninggalal dunia diantaranya adalah ILMU BERMANFAAT YANG DIAJARKAN.

Tuesday, 9 February 2010

Variabel Perilaku Seks Pranikah

Terjadinya perubahan fisik maupun psikis terutama pada alat reproduksi dengan aktifnya hormone seksual dalam tubuh manusia maka mulailah muncul dengan dorongan seksual yang mengebu-gebu pada masa remaja. Kondisi ini bila tidak dikendalikan maka bisa terjadi penyelewengan fungsi organ reproduksi yang dapat menyebabkan beberapa hal yang tidak diinginkan misalnya prilaku seks panikah, tertular Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, sampai terjadinya kanker ganas. (BKKBN, 2001).
Seks adalah bagian dari kehidupan manusia, sesuatu yang ada dan tidak bisa ditolak. Sesuatu yang muncul dan bisa menimbulkan berbagai masalah apabila tidak dikendalikan, diatur diredam secara baik. Seiring dengan perkembangan biologis pada umumnya, maka pada usia tertentu manusia, seseorang mencapai tahapan kematangan organ-organ seks. Ditandai oleh haid pertama (menarche) pada wanita (sekitar umur11 tahun) dan nokturnal emission (mimpi basah) yakni pengeluaran sperma (cairan yang antara lain berisikan sel kelamin laki-laki) pada pria (sekitar umur 13-14 tahun). Kematangan organ-organ seks secara biopsikologis ini, diikuti dengan kemampuan untuk melakukan hubungan seks dan sekaligus munculnya dorongan (hasrat) untuk melakukan hubungan tersebut. Dorongan atau hasrat ini mempunyai ciri kenikmatan bilamana dilakukan dan karena itu disebut sebagai dorongan dengan prinsip kenikmatan atau pleasure principle (Gunarsa, 1999).
Dorongan atau hasrat melakukan hubungan seks, selalu muncul jauh lebih awal pada kesempatan untuk melakukan secara bebas. Inilah yang terjadi pada remaja dengan gejolak hasrat seks-nya yang besar padahal ia belum menikah dan karena itulah muncul berbagai masalah seksualitas pada remaja salah satunya adalah perilaku seks bebas (Gunarsa, 1999).
Perilaku seks pranikah adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Dalam hal ini perilaku sesual remaja dapat ditujukan dalam tingkah laku yang bermacammacam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkahlaku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Dalam hal ini tingkahlaku seksual diurtkan sebagai berikut :
1. Berkencan
2. Berpegangan Tangan
3. mencium pipi (Ciuman kering)
4. Berpelukan
5. Mencium bibir (ciuman basah)
6. Memegang buah dada diatas baju
7. Memegang buah dada dibalik baju
8. Memegang alat kelamin diatas bahu
9. Memegang alat kelamin dibawah baju
10. Melakukan senggama. (Sarwono, 2006)
Menurut Sarlito (2003), perilaku seksual adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Perilaku seksual pada remaja timbul karena dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut yaitu perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran irformasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma dimasyarakat, serta pergaulan yang semskin bebas antara laki-laki dan perempuan. Remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu mulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex dan bersenggama (sexual intercourse). Selain itu aggressive sex ply merupakan bentuk perilaku seksual yang dilakukan dengan memaksa pasangan. (Irawati, 1999)
Prilaku seks pranikah ini memang kasat mata namun ini tidak terjadi dengn sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Dengan demikian indivudu tersebut tergerak untuk melakukan prilaku seks pranikah.
Beberapa pola prilaku seksual yaitu :
a. Masturbasi
Masturbasi atau onani adalah salah bsatu cara yang dilakukan jika seseorang tidak mampu mengendalikan dorongan seksualnya dengan merangsang alat kelaminnya sediri dengan alat atau tanpa alat. Onani ini lebih dapat dikategorikan tindakan dengan resiko yang lebih kecil dibanding hubungan seksual dengan lain atau sesaman jenis, akan berbahaya ini dilakukan dengan cara yang tidak sehat dengan menggunakan alat yang bisa menyebabkan infeksi atau luka. Onani ini juga menimbulkan masalah jika terjadi ketergantungan / ketagihan, dan bisa menimbulkan perasaan bersalah.
b. Oral genital seks
Tipe ini sekarang banyak dilakukan untuk menghindari resiko kehamilan. Tipe seperti ini banyak dianggap lebih aman oleh kalangan remaja.
c. Petting
Adalah upaya membangkitkan dorongan seksual antara jenis kelamin tanpa melakukan tindakan intercourse. Petting adalah aktivitas saling mengesekakkna alat kelamin tanpa memasukannya kedalam liang senggama. Oleh remaja tindakan ini cukup memuaskan dan tidak mengandung resiko.
d. Seksual intercourse
Awalnya setiap remaja dan pasangan yang pernah mengalami hubungan seks pranikah merasakan sensasi kepuasan dan kenikmatan yang luar biasa bahkan ada yang merasa indah, namun berikutnya akan timbul berbagai perasaan yang bertentangan terutama perasaan bersalah, menyesal, berdosa khawatir atau takut hamil dan ketahuan orang tua. Biasanya perempuan lebih takut membicarakan pengalaman seksualnya kepada orang lain kerena khawatir akan dinilai buruk dibandingkan laki-laki yang menilai hubungan seksual sebagai pembuktian wujud kelaki-lakiannya (maskulinitas). (Notoatmodjo dalam Hasniah, 2005).
Faktor-Faktor Prnyebab Prilaku Seks pada Remaja: (Sarwono,2007)
a. Meningkatnya libido seksualitas.
b. Penundaan usia perkawinan.
c. Tabu-Larangan.
d. Kurangnya informasi tentang seks.
e. Pergaulan yang makin bebas.
Sementara Faktor-faktor Pendukung Perilaku Seks pada remaja Menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan seks .
a. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya, Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks, bagi remaja tersebut tekanan dari teman-temannya yaitu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari pacarnya sendiri.
b. Adanya tekanan dari pacar, karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapinya. dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa.
c. Adanya kebutuhan badaniah, Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali remaja, menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dengan resiko yang akan dihadapinya.
d. Rasa penasaran, Pada usia remaja, keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya infomasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan apa yang diharapkan.
e. Pelampiasan diri, faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas. Faktor lainnya datang dari lingkungan keluarga. bagi seorang remaja mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (orang tua dan anak), akibatnya remaja tersebut merasa tertekan sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seks. (Carles, 2008).
Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas (menurut Sternberg hal ini dinamakan romantic love) atau karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana remaja tersebut ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks
pranikah. (Dhede, 2002). Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya. Disinilah masalah acapkali muncul dalam kehidupan remaja karena
mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internallah yang paling mempengaruhi prilaku seksual remaja sehingga mengarahkan pada prilaku seks pranikah pada remaja. Dimana tanda-tanda internal tersebut seperti pendapat Hurlock (1991), seorang ahli psikologi perkembangan, yang mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut Hurlock, pada remaja putra: tumbuh rambut kemaluan, kulit mejadi kasar, otot bertambah besar dan kuat, suar besar, tumbuh kumis dan lai sebagainya. Sedangkan pada rekaja putri: pinggul melebar, payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid dan lain-lain. Seiring pertumbuhan primer dan skunder pada remaja kearah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal ini merupakan suatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seksual itu memeng semestinya harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antar dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan (Sarwono, 1994).
Dampak dari perilaku seksual pranikah pada remaja adalah semakin tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini disebsbkan hampir semua remaja yang pernah melakukan hubungan seks melakukannya tanpa menggunakan alat kontrasepsi sama sekali. Disamping itu kehamilan yang tidak diinginkan pad remaja seringkali berakhir dengan aborsi dan banyak diantaranya tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli (Sarwono, 2003)
Resiko medis pengguguran kandungan pada remaja cukup tinggi seperti pendarahan, komplikasi akibat aborsi yang tidak aman sampai kematian ibu (Kilourne-Brook, 2000)
Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarlito (2003) adalah berkembangnya penyakit menular seksual (PMS) ddikalangan remaja, dengan frekuensi penderita PMS yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi PMS dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan resiko penularan HIV. Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diataranya perasan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa. Sedangkan dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual pranikah yang dilakukan sebelum saatnya antara lainnya dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil dan perubahan peran menjadi ibu, belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut (Sarwono, 2003).


No comments:

Post a Comment