script src='http://elmubarok.googlecode.com/files/floating1.js' type='text/javascript'/>

http://ikkibondenkkesmas.blogspot.com/2010/03/about-me.html

Kata Rasullullah ada tiga amalan yang jika dikerjakan maka Amalnya akan mengalir meskipun yang mengamalkannya telah meninggalal dunia diantaranya adalah ILMU BERMANFAAT YANG DIAJARKAN.

Monday 2 February 2009

ANEMIA

A. Pengertian

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

Ukuran hemoglobin normal yaitu :
- Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
- Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram Tingkat pada anemia
- Kadar Hb 10 gram – 8 gram disebut anemia ringan.
- Kadar Hb 8 gram – 5 gram disebut anemia sedang.
- Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.

Anemia dikenal juga dengan sebutan penyakit kurang darah. Hal ini dapat dipahami karena penyakit ini bermula dari kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) yang berada di bawah batas normal. Hemoglobin merupakan pigmen protein yang memberikan warna pada darah kita. Darah dikatakan mengandung oksigen bila berwarna merah, sedangkan berwarna biru bila sebaliknya.

Tugas hemoglobin tentu saja amat vital bagi tubuh kita. Dialah yang membawa oksigen ke paru-paru yang selanjutnya didistribusikan ke seluruh jaringan dan organ tubuh manusia untuk melakukan pembakaran yang menghasilkan energi.

Seseorang dapat dikatakan menderita anemia bila kadar Hb-nya di bawah 13 gr % bagi pria dewasa, di bawah 12 bagi perempuan dewasa, dan kurang dari 11 bagi anak-anak usia 11 tahun sampai masa pubertas. Apabila Hb di bawah normal, maka distribusi oksigen oksigen juga tidak normal. Akibatnya, fungsi tubuh juga terganggu. Misalnya pada otot, baru melakukan aktivitas sebentar saja badan sudah terasa lelah.
Anemia juga berarti kekurangan hemoglobin (Hb). Hb adalah protein dalam sel darah merah, yang mengantar oksigen dari paru ke bagian tubuh yang lain. Anemia menyebabkan kelelahan, sesak napas dan pusing. Orang dengan anemia merasa badannya kurang enak dibandingkan orang dengan tingkat Hb yang wajar. Mereka merasa lebih sulit untuk bekerja. Ini berarti mutu hidupnya lebih rendah.
Tingkat Hb diukur sebagai bagian dari tes darah lengkap (complete blood count/CBC). Anemia didefinisikan oleh tingkat Hb. Sebagian besar dokter sepakat bahwa tingkat Hb di bawah 6,5 menunjukkan anemia yang gawat. Tingkat Hb yang normal adalah sedikitnya 12 untuk perempuan dan 14 untuk laki-laki.
Secara keseluruhan, perempuan mempunyai tingkat Hb yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Begitu juga dengan orang yang sangat tua atau sangat muda.
Kita harusnya yang memiliki perhatian terhadap anak tentunya tak ingin anak-anak kita menderita anemia. Apalagi penyakit tersebut dapat menggerogoti tingkat kecerdasan dan kemampuan belajar anak kita. Maka tak ada salahnya kita mengetahui penyakit ini sejak dini.

Seperti telah disebutkan, kadar Hb seseorang amat berpengaruh bagi terdistribusikannya oksigen ke seluruh tubuh. Hal ini terkait pula dengan zat besi yang dikandung dalam tubuh kita. Menurut dr Syafrizal Syafei SpPD KHOM, ahli hematologi onkologi medis RSCM dalam makalahnya di seminar 'Indonesia Bebas Anemia' di Jakarta Juli 2004, zat besi berfungsi sebagai pigmen pengangkut oksigen dalam darah. Sedangkan oksigen sendiri diperlukan tubuh untuk proses pembakaran yang menghasilkan energi.

Kurangnya kadar oksigen dalam darah dapat menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi sel di seluruh tubuh termasuk otak. Dalam kondisi seperti itu seseorang jadi tidak produktif. Otomatis juga kemampuan berpikirnya jadi menurun, kondisi fisiknya juga menurun. Bayangkan kalau ini terjadi belasan tahun sejak anak berada di usia balita hingga masa sekolah, kualitas berpikirnya juga menjadi berkurang. Dan kalau kita bicara anak-anak sekolah maka prestasinya bisa menjadi di bawah rata-rata.

Pada anak-anak, kondisi seperti itu dapat menyebabkan prestasi belajarnya terganggu karena pembentukan otak sejak kecil terhambat.

Dengan kata lain, penyakit anemia pada anak-anak sangat terkait dengan kemampuannya dalam berpikir. Lalu, apa yang harus dilakukan agar anak-anak kita terhindar dari penyakit anemia sehingga kemampuan belajarnya pun maksimal? Tentunya yang pertama-tama harus dilakukan adalah menghindari sekaligus mengatasi faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit ini.


B. Klasifikasi

   Klasifikasi anemiaa dalam kehamilan yaitu :
   1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
   2. Anemia megaloblastik (29,0%)
   3. Anemia hipoplastik (8,0%)
   4. Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%)
      1. Anemia defisiensi besi
Anemia jenis ini biasanya berbentuk ormositik dan hipokromik serta paling banyak dijumpainya. Penyebabnya telah dibicarakan diatas sebagai penyebab anemiaa umumnya.
      2. Anemia megaloblastik
Biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Penyebabnya adalah kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena kekurangan Vitamin B12. biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
      3. Anemia hipoplasti
Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan antara lain Darah tepi lengkap. Pemeriksaan fungsi sternal, Pemeriksaan retikulosif, dan lain-lain.
      4. Anemia hemolitik
Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari perbuatannya ini dapat disebankan oleh :
         a. Faktor intra korpuskuler: dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, tala semia, anemia sel sickle (sabit), hemoglobinopati C, D, G, H, I, dan paraksimal hokturnal hemoglobinuria.
         b. Faktor ekstra korpuskuler: disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan dapat beserta obat-obatan, leukimia, penyakit hodgkin, dan lain-lain.

C. Penyebab

Sumsum tulang membuat sel darah merah. Proses ini membutuhkan zat besi, serta vitamin B12 dan asam folat. Eritropoietin (EPO) merangsang pembuatan sel darah merah. EPO adalah hormon yang dibuat oleh ginjal.
Anemia dapat terjadi bila tubuh kita tidak membuat sel darah merah secukupnya. Anemia juga disebabkan kehilangan atau kerusakan pada sel tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anemia:
1. Kekurangan zat besi, vitamin B12 atau asam folat. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan jenis anemia yang disebut megaloblastik, dengan sel darah merah yang besar dengan warna muda.
2. Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal
3. Kehilangan darah akibat pendarahan dalam atau siklus haid perempuan
4. Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik)
Penyebab anemia lainnya adalah
1. Malabsorpsi
2. Penyakit – penyakit kronik: TBC, Paru-paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain.
Anemia dapat juga terjadi karena gizi yang buruk. Pada akhirnya seseorang mengalami kekurangan asupan zat besi yang diperlukan tubuhnya (lihat tabel). Jangan cepat beranggapan bahwa penyebab kurangnya zat besi ini hanya terjadi pada anak-anak lapisan masyarakat ekonomi bawah. Kurangnya pasokan zat besi bisa terjadi pada semua anak usia sekolah dari segala lapisan ekonomi. Namun memang, keadaan ini umumnya banyak dialami oleh anak perempuan yang telah mengalami menstruasi. Darah yang keluar dari tubuh bisa menyebabkan berkurangnya zat besi dalam tubuh. Apalagi remaja putri sudah mulai pilih-pilih makanan sehingga bisa mengakibatkan indeks zat besinya terganggu.


D. Gejala

Gejala awal yang sangat mudah dikenali dari kejadian anemia ini adalah rasa pening disaat otak kekurangan oksigen, lesu, mudah lelah, pucat, kuku-kuku rapuh, kehilangan nafsu makan dan sakit di bagian perut.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya, bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini memberi hasil. Maka darah berulang dapat membantu penderita ini.
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

E. Diagnosa

Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Persentase sel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).

F. Pengobatan

Zat-zat gisi tersebut adalah zat besi (Fe), protein, tembaga, asam folat, vitamin B6, B12, dan vitamin C adalah penting untuk pembentukan sel darah merah.
Mengobati anemia tergantung pada penyebabnya.
•    Pertama, mengobati pendarahan kronis. Ini mungkin pendarahan dalam, wasir, atau bahkan sering mimisan
•    Berikut, memperbaiki kelangkaan zat besi, vitamin B12 atau asam folat, jika ada
•    Berhenti memakai, atau mengurangi dosis obat penyebab anemia
Pendekatan ini mungkin tidak berhasil. Mungkin mustahil berhenti memakai semua obat yang menyebabkan anemia. Dua pengobatan lain adalah transfusi darah dan suntikan EPO.
Transfusi darah dahulu satu-satunya pengobatan untuk anemia parah. Namun, transfusi darah dapat menyebabkan infeksi dan menekan sistem kekebalan tubuh. Transfusi darah tampaknya mengakibatkan kelanjutan penyakit HIV yang lebih cepat dan meningkatkan risiko kematian pada Odha.
EPO (eritropoietin) merangsang pembuatan sel darah merah. Pada 1985, ilmuwan berhasil membuat EPO sintetis (buatan manusia). EPO ini disuntik di bawah kulit, biasanya sekali seminggu. Namun EPO sangat mahal dan sulit terjangkau di Indonesia.
Sebuah penelitian besar terhadap Odha menemukan bahwa suntikan EPO mengurangi risiko kematian. Transfusi darah tampaknya meningkatkan risiko kematian. Karena risiko dari transfusi darah, sebaiknya kita hindari transfusi untuk mengobati anemia.


G. Pencegahan

Yang paling penting untuk menghindari penyakit anemia adalah Anda harus menjaga pola makan. Usahakan zat besi serta vitamin dalam tubuh seimbang. Ini dia beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah datangnya anemia.
- Usahakan makanan Anda lebih berfariasi. Sertakan juga makanan yang mengandung banyak zat besi. Dari buah-buahan seperti apel, pisang, plum dan aprikot. Zat besi dalam sayur-sayuran bisa Anda dapat dari asparagus, labu, ubi rambat, brokoli, tumbuhan merambat, kacang merah, tahu dan biji-bijian.
- Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dan juga vitamin C. Ini akan membantu meningkatkan penyerapan zat besi. Konsumsi vitamin C bersamaan dengan saat Anda memakan zat besi.
- Hindari gula atau kurangi konsumsi gula Anda. Ini akan meningkatkan penyerapan zat besi. Hindari makan asem. Asem bisa menghambat tubuh menyerap zat besi.
- Konsumsi juga makanan yang bermuatan kalsium, vitamin E dan zinc sebagai tambahan. Namun jangan di waktu yang bersamaan dengan konsumsi zat besi. Zat-zat di atas bagus untuk tubuh namun bisa mengganggu penyerapan zat besi.
- Tambahkan juga buah-buahan kering seperti kismis dan buah prem yang dikeringkan ke menu diet Anda. Kurangi konsumsi kopi dan black tea. Minuman ini mengandung poliphenol dan tannin yang bisa mengganggu penyerapan zat besi.
- Haid yang berlebihan dapat menguras darah dalam tubuh Anda. Temui dokter jika hal tersebut terjadi. Jika dibiarkan terus-menerus dampaknya akan sangat tak baik.
- Jika mengkonsumsi obat untuk penyakit Anda, usahakan atas referensi dokter. Beberapa obat bisa menghambat masuknya zat besi dan vitamin B ke dalam tubuh.
- Jika Anda seorang vegetarian sebaiknya diskusikan masalah kesehatan Anda dengan ahlinya. Vitamin B-12 banyak didapat dari makanan berdaging, vegan tentu saja tidak mengkonsumsi daging.
- Serangan anemia bisa membuat keseimbangan tubuh Anda goyah. Sebaiknya hindari anemia sebisa mungkinPerbanyak konsumsi sayuran berwarna hijau sebagai sumber zat besi.
Untuk menghindari anak-anak kita terjangkit penyakit caicingan, misalnya, maka pola hidup bersih dan sehat harus kita ajarkan pada anak-anak. Hal ini dapat dilakukan dengan mudah dan tidak mahal. Ajarilah anak-anak untuk mencuci tangan sebelum makan, sebab sel-sel telur cacing dapat masuk ke dalam tubuh melalui tangan yang kotor. Anak juga harus dibiasakan agar menggunakan sandal atau sepatu setiap kali keluar rumah di mana sel-sel telur cacing hidup di tanah.

Asupan zat besi ke dalam tubuh juga perlu mendapat perhatian. Zat besi bisa bersumber dari makanan bergizi seperti daging merah terutama hati, juga dari ikan, ayam, sayur-sayuran seperti bayam, daun katuk, kacang merah. Kalau memang sudah terkena anemia, maka konsumsi obat yang mengandung zat besi amat diperlukan.

Jadi, menghindari anemia sebenarnya sederhana saja yakni menerapkan pola hidup bersih dan pola makan sehat. Ini tentunya tidak susah, sebab banyak sekali sumber-sumber makanan bergizi yang tidak mahal. Iya kan?

Meningkatkan Kualitas SDM dengan Pemberantasan Anemia
Dari fakta akademis dan kesehatan, anemia berdampak pada kualitas kemampuan berpikir dan kecerdasan anak yang sedang tumbuh. Ini karena penderita anemia memiliki kadar Hb di bawah normal yang berakibat terganggunya fungsi tubuh termasuk otak, akibat berkurangnya pasokan oksigen ke seluruh sel tubuh.

Dengan asumsi seperti itu maka efek jangka panjang akan sangat terlihat pada kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia ke depannya. Sebab, bibit-bibit SDM berkualitas tentunya bermula dari anak-anak pada usia sekolah dasar. Bila mereka telah baik gizinya dan terhindar dari anemia, maka kemungkinan mereka menjadi orang-orang pintar cukup terbuka lebar. Oleh karenanya, pemberantasan anemia pada anak-anak usia SD harus menjadi program pemerintah yang berkesinambungan. Alasannya, anak-anak SD merupakan usia dini dalam jenjang sekolah. Tentunya akan lebih baik lagi bila program tersebut dilakukan berkelanjutan pada tingkat SMP dan SMA.


 

No comments:

Post a Comment