script src='http://elmubarok.googlecode.com/files/floating1.js' type='text/javascript'/>

http://ikkibondenkkesmas.blogspot.com/2010/03/about-me.html

Kata Rasullullah ada tiga amalan yang jika dikerjakan maka Amalnya akan mengalir meskipun yang mengamalkannya telah meninggalal dunia diantaranya adalah ILMU BERMANFAAT YANG DIAJARKAN.

Monday, 2 February 2009

DEMAM CAKARAN KUCING

Postingan kali ini bersumber dari E-Book dengan Judul Manual Pemberantasan Penyakit Menular, by James Chin, MD, MPH Editor dan Dr, I Nyoman Kandun, MPH Edisi Ke 17 tahun 2000

DEMAM CAKARAN KUCING                                        ICD-9 078.3; ICD-10 A28.1
( Catch scratch fever, Benign lymphoreticulosis )
1. Identifikasi.
Cat-scratch Disease (CSD) adalah penyakit sub-akut, yang disebabkan oleh bakteri dan biasanya sembuh dengan sendirinya. Penyakit in ditandai dengan malaise, limfadenitis granulomatosa disertai dengan berbagai variasi demam. Kerapkali didahului dengan riwayat cakaran, jilatan atau gigitan kucing yang kemudian menimbulkan luka papuler. Kelenjar limfe setempat biasanya membengkak 2 minggu setelah gigitan/cakaran dan bisa berlanjut menjadi luka yang mengeluarkan pus.
Terbentuknya papula pada daerah tempat masuknya bakteri ditemukan pada sekitar 50 – 90 % kasus. Sindroma Parinaud oculoglandular dan komplikasi neurologis, seperti ensefalopati dan neuritis pada mata dapat terjadi sesudah inokulasi pada mata. Demam yang berlangsung dalam waktu lama bisa dikuti dengan lesi osteolitik dan atau terbentuknya granulomata pada hati dan limpa. Bakteriemia, peliosis hepatis dan angiomatosis basilair merupakan manifestasi infeksi oleh kelompok oganisme ini pada orang yang immunocompromised, terutama pada infeksi HIV.
CSD dapat dikelirukan dengan penyakit lain yang menyebabkan limfadenopati setempat seperti tularemia, brusellosis, tuberkulosa, pes dan pasteurellosis (lihat uraian dibawah).
Diagnosa didasarkan pada gambaran klinis yang konsisten ditambah dengan hasil pemeriksaan serologis terbentuknya antibodi terhadap Bartonella. Titer sebesar 1:64 atau lebih dengan pemeriksaan IFA, dianggap positif terkena CSD.
Pemeriksaan histopatologi dari kelenjar limfe yang terkena bisa memberikan gambaran khas yang konsisten, tetapi bukan diagnostik. Pus yang diambil dari kelenjar limfe biasanya tidak mengandung bakteri dengan pemeriksaan konvensional, namun sesudah ditanam agak lama pada agar darah kelinci dengan 5% CO2 pada suhu 36oC (96.8oF), Bartonella dapat tumbuh dari spesimen yang diambil dari kelenjar limfe.
2. Penyebab penyakit.
Bartonella (sebelumnya disebut Rochalimaea) henselae secara epidemiologis, bakteriologis dan serologis telah diketahui sebagai etiologi dari CSD, begitu pula sebagai penyebab bacillary angiomatosis, peliosis hepatis dan bakteriemia. Keluarga lain dari Bartonellae, seperti B. Quintana, juga menyebabkan kesakitan pada hospes “immunocompromised”, tetapi tidak menyebabkan CSD. Afipia pelis, yang sebelumnya diduga sebagai organisme penyebab, ternyata organisme ini hanya memainkan peranan sangat kecil, sebagai penyebab CSD.
3. Distribusi penyakit.
Tersebar diseluruh dunia, tetapi jarang terjadi. Surveilans prospektif yang dilakukan di satu negara bagian (AS) menemukan insiden setahun sebesar 4.0 kasus/100.000 penduduk. Semua jenis kelamin mempunyai risiko yang sama untuk terkena, dan CSD lebih sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Pengelompokan penderita dalam suatu keluarga jarang terjadi. Kebanyakan kasus muncul pada bulan-bulan diakhir musim panas, musim gugur dan musim dingin.
4. Reservoir.
Kucing rumah adalah vektor dan reservoir untuk B. henselae; Kucing yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis walaupun menderita bakteriemia kronis.
5. Cara penularan.
Kebanyakan pasien (lebih dari 90%) ada riwayat dicakar, tergigit, dijilat kucing atau terpajan dengan kucing yang sehat, biasanya kucing muda (kadang anak kucing). Riwayat cakaran atau gigitan anjing, gigitan monyet, kontak dengan kelinci, ayam atau kuda diketahui terjadi sebelum munculnya gejala, namun hampir semua kasus CSD mempunyai riwayat pernah kontak dengan kucing. Kutu kucing menularkan B. henselae kepada sesama kucing, dan baru pada akhir tahun 1999 kucing diketahui mempunyai peranan penting pada penularan langsung dari B. henselae kepada manusia.
6. Masa inkubasi.
Bervariasi, biasanya 3 - 14 hari dari saat masuknya bakteri kedalam tubuh hingga munculnya lesi primer dan sekitar 5 – 50 hari dari saat masuknya baketri hingga munculnya limfadenopati.
7. Masa penularan : Tidak langsung ditularkan dari orang ke orang.
8. Kekebalan dan kerentanan : Tidak diketahui.
9. Cara-cara pemberantasan
A. Cara-cara pencegahan :
Bersihkan luka akibat dicakar atau digigit kucing dengan baik. Hal ini akan sangat menolong. Upaya membasmi kutu kucing sangat penting.
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar :
1). Laporan kepada petugas kesehatan. Laporan resmi tidak dilakukan, kelas 5 (lihat tentang pelaporan penyakit menular).
2). Isolasi : tidak dilakukan.
3). Disinfeksi serentak : terhadap discharge luka yang bernanah.
4). Karantina, imunisasi kontak dan investigasi kontak dan sumber penyakit : tidak dilakukan.
5). Pengobatan spesifik :
Efektivitas dari terapi antibiotik sangat tidak jelas terhadap CSD. Antibiotik yang umum dipakai seperti rifampisin, eritromisin dan doksisiklin, efektif untuk infeksi yang menyebar pada penderita AIDS. Pengobatan terhadap pendertita CSD tanpa kompliksi dengan sistem kekebalan yang baik tidak dilakukan. Namun, semua penderita immunocompromised sebaiknya diobati selama 1 – 3 bulan. Aspirasi dari limfadenitis bernanah mungkin diperlukan untuk mengurangi rasa sakit, tetapi biopsi insisi dari kelenjar limfe sebaiknya dihindari.
C. Tindakan penanggulangan wabah : Tidak dilakukan
D. Implikasi bencana : tidak ada.
E. Tindakan internasional : tidak ada.









Postingan kali ini bersumber dari E-Book dengan Judul Manual Pemberantasan Penyakit Menular, by James Chin, MD, MPH Editor dan Dr, I Nyoman Kandun, MPH Edisi Ke 17 tahun 2000

INFEKSI LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN GIGITAN BINATANG

Penyakit lain yang diakibatkan oleh gigitan binatang, antara lain : pasteurellosis dari kucing, walaupun jarang pasturellosis bisa disebabkan oleh anjing dan binatang lain; B-virus (cercopithecin herpesvirus-1) karena gigitan monyet (lihat uraian pada bab Herpes Simplex); tularemia; Streptobacillus moniliformis (demam gigitan tikus); pes; tetanus; dan rabies. Gigitan binatang juga bisa menyebabkan penularan streptokokus dan stafilokokus, yang menyebabkan infeksi pyogenik selain infeksi oleh spesies bakteri anaerob dan Acitenobacter.
Pasteurellosis (ICD-9 027.2; ICD-10 A28.0) disebabkan oleh Pasteurella multocida dan P. haemolityca. Ditemukan pada saluran pernapasan dari sebagian besar kucing sehat, anjing dan binatang lain. Infeksi pada manusia biasanya sekunder, sesudah gigitan kucing atau anjing dalam wujud selulitis dengan rasa sakit dan bengkak, limfadenopati dan sepsis bisa terjadi. Gejala biasanya muncul kurang dari 24 jam sesudah digigit kucing atau anjing. Penyakit saluran pernafasan kronis dapat terjadi pada orang tua yang sebelumnya menderita penyakit lain. Organisme ini sensitif terhadap penisilin, obat alternatif yang cukup efektif adalah tetrasiklin. Generasi pertama dari sefalosporin biasanya kurang efektif terhadap Pasteurella. Augmentin adalah obat pilihan yang tepat untuk kasus gigitan binatang pada umumnya, karena sekaligus bisa mencakup Pasteurella, streptokokus, stafilokokus dan bakteri anaerob.  Capnocytophaga canimorsus, menurut klasifikasi CDC dulu dikenal sebagai kelompok DF2 (ICD-9 027.8) dapat menimbulkan demam pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, yang sebelumnya dijilat, digigit atau dicakar kucing atau anjing. Selulitis, demam, septikemia, meningitis purulenta, endokarditis atau arthritis septik dapat muncul sesudah 1 – 5 hari; CFR pada kelompok risiko tinggi dilaporkan bervariasi antara 4 – 27 %. Splenektomi, penyakit paru kronis dan alkoholisme adalah faktor predisposisi terjadinya penyakit ini. Insiden penyakit ini lebih tinggi pada pria dan orang-orang diatas usia 40 tahun. Diagnosa ditegakkan dengan menemukan basil gram negatif didalam netrofil dan dengan mengisolasi organisme penyebab. Organisme lain tetapi tidak begitu virulen, C. cynodegmi dapat di isolasi dari luka infeksi akibat di gigit anjing atau dicakar kucing. Organisme ini biasanya ditemukan pada mulut kucing dan anjing sehat. Penisilin G, adalah antibiotik pilihan untuk infeksi ini. Sebaiknya diberikan secara profilaktik kepada orang-orang dengan risiko tinggi setelah gigitan anjing atau kucing.

 

No comments:

Post a Comment